Senin, 28 Januari 2013
Sepenggal Harapan
Sepenggal Harapan |
Senyum?
Yah, hal inilah yang selalu muncul di mataku akan dirimu,,,
Sebenarnya senyum adalah hal terindah, Tapi kenapa ia malah balik menghantuiku. Deskripsi bayangan yang semu terus tergambar dan semakin jelas di mataku. Alunan Tawa darimu merasuk kedalam pikiranku yang semakin lama terdengar seakan-akan kau disini tertawa bersamaku. Kedua bibirku tanpa terasa tertarik mengikuti gelak tawamu..
Andai aku diberi pilihan terlahir kembali dan menjadi orang seperti apa?
Ya, Aku akan menjadi orang yang mampu menggerakkan mulutnya melantunkan kata CINTA kepada orang yang tercinta dan bilamana mereka bertanya, orang seperti apa kau nantinya? Akan aku jawab, Aku ingin menjadi orang yang selalu dihiasi oleh senyum dan tawamu.
Terlintas dipikiranku kau datang menemuiku walau sejenak, dengan senyum dan suara mungilmu seakan memanggil namaku, Sejenak jantungku berdegup kencang dan gelombang rasa senang menghinggapi otakku yang memang kecil tapi penuh akan bayanganmu. Namun, Aku sadar semua itu hanya khayalan kecil yang mencoba menggodaku.
Indah?
Yah, memang kata sifat yang satu memang sangat akrab akan diriku,,,
Ukiran alami yang dibentuk oleh pikiranku tentang wajahmu. Bumi yang menurut para ilmuwan berputar sekeras Gasing, Tak terasa oleh ku.
Sebenarnya aku hanya iri.
Entah kepada siapa? Aku hanya terus menelusuri lika-liku kehidupan yang senantiasa menghempasku ke tepi kehidupan yang penuh dengan kompetisi.
Banyak yang terluka dan bahkan tak mampu lagi berdiri untuk melawan. Bertarung hari demi hari walau yang dipertaruhkan belum tentu menjadi milik mereka, bahkan rela mati akan hal yang belum tentu membahagiakannya.
Kehidupan?
Entah bagaimana orang mendefenisikan tentang hal yang membingungkan ini. Ada yang bilang kehidupan itu cinta, Ada yang bilang kesenangannya adalah kehidupannya, dan beragam ocehan yang semakin lama semakin membingungkan ku.
Kematian.........
Orang Atheis mendefenisikan kematian adalah akhir segalanya...
Orang Budha mengatakan kematian akan memunculkan hal yang mati dalam wujud yang baru,,,
dan selebihnya mengatakan kematian adalah awal perjalanan yang ditempuh untuk menuju kehidupan yang baru...
Apapun yang mereka kumandangkan, yang aku tahu aku hanya ingin mati dengan senyum yang indah diakhir kehidupan yang aku cari dan terbaring di sisimu.
#DC
Minggu, 06 Januari 2013
SELENDANG MALAM
By Sulastri Khaer
Rembulan
malam adalah teman kala kesunyian datang menghampiri, beribu bintang ikut
serentak meramaikan kegelapan atap bumi di atas sana. Cerita malam ikut
memberikan warna, larut bersama gemerlap kerlip kehidupan malam di tengah kota.
Tinggi semampai, rambut hitam bergelombang terjuntai panjang hingga ke
punggung, berdendang dengan gesitnya di tengah irama malam yang semakin
memanas.
Gadis
itu kini sudah bersama pagi yang terlampau cepat menjemputnya, bibir merah
ranumnya masih membara, mata sayunya masih terlihat indah dengan hiasan mata
memikat, jalannya kini sempoyongan masih terasa arak manis di tenggorokannya,
berjalan gontai sambil menjinjing sepatu di tangan kanannya. Kini arah
langkahnya sudah memasuki lorong dari sebuah gang kecil, semua mata kini mulai
menikmati kehadirannya para ibu-ibu melihatnya dengan tatapan merendahkan
sedangkan para pria hidung belang kini ikut menikmati keindahan lekuk tubuh
Pricylia yang hanya terbalut kain tipis hingga pangkal paha atas dan balutan
kain tipis yang hanya menutupi stengah dadanya.
Dengan
sisa tenaga yang masih ada Pricylia menarik gagang pintu kos-kosannya seketika
pintu terbuka Pricylia langsung masuk dan merebahkan diri di atas sebuah dipan
kayu berukuran sedang, tak ada yang menarik dari istana kecilnya itu, sebuah
kamar yang berukuran kecil yang memiliki sebuah dipan untuk tidur serta lemari
kecil sebagai penyimpanan baju, sebuah meja dan cermin untuk berhias.
Setahun yang lalu Pricylia datang
merantau ke Jakarta mencari kehidupan yang lebih layak, sebagai anak sulung
dari tiga bersaudara Pricylia memiliki tanggung jawab besar untuk membantu
masalah ekonomi keluarga. Hanya modal nekat yang dimilikinya dan semangat
membara untuk membahagiakan keluarga, Pricylia tak ingin kedua adiknya ikut
putus sekolah sepertinya. Lambaian tangan dan iringan doa dari Abah dan Uminya
adalah salam terakhir yang mengirimnya ke kota.
Aminah adalah nama pemberian Umi dan
Abah namun kini Aminah seperti menghilang bersama setiap tetesan bening di
kedua pipi mudanya dan berganti menjadi Pricilya. Minggu pagi Aminah tiba di
jakarta bermodalkan uang pemberian Abah dan Umi, Aminah terus berjalan
mengikuti arah langkah kaki membawanya, tak ada satu pun kenalan yang bisa
dikunjungi, Aminah hanya mengikuti saran Abah agar jangan terlalu percaya sama
orang yang baru dikenal.
Seminggu di kota besar masih terlalu
dini buat gadis 17 tahun sepertinya, namun kini Aminah tak perlu kepanasan dan
kehujanan lagi di kota orang, Aminah berhasil menemukan kamar kos berukuran kecil
untuknya dengan biaya yang tidak terlalu mahal lagian ibu kosnya juga terbilang
baik dan ramah.
Semuanya terasa berjalan dengan baik
kini Aminah sudah bekerja sebagai baby sister disebuah keluarga yang terbilang
kaya, pekerjaan itu dia dapatkan berkat ibu kosnya yang mau mengenalkannya
dengan ibu Maryam yang berprofesi dibidang pelayanan pembantu rumah tangga.
Hari berganti hari semuanya masih
tetap sama, semua kendala mampu dihadapinya, sudah tiga bulan ini Aminah
mengirimkan separuh uang gajinya untuk Umi dan Abah. Namun tahukah kamu jalan
terjal akan selalu datang tak ada kenyataan yang setenang air di kolam namun
hidup bagaikan perantauan di tengah laut.
Semuanya berawal dari sore itu saat
senja ingin kembali menghampiri dan mentari akan segera pamit. Pak Wijaya baru
saja pulang dari kantor sedangkan Bu Wijaya sedang keluar kota bersama kedua
anaknya, Aminah sengaja tidak ikut karena sedang tidak enak badan jadi Mbo’ Win
dan seorang supir saja yang menemani istri majikannya itu keluar kota.
Malapetaka tidak akan datang dengan
cara diundang melainkan akan datang seperti malaikat pencabut nyawa jika
disuruh memilih mungkin Aminah akan lebih memilih jika nyawanya saja yang
lenyap. Senja waktu itu telah merenggut semua apa yang dimilikinya dan kini bulan
segera berlalu benih Pak Wijaya sudah berkembang dalam rahim mudanya.
Jiwa mudanya masih terlampau belia
untuk berpikir jernih dalam mengambil keputusan, tak ada pilihan lain selain
melaporkan Pak Wijaya ke kantor polisi.
Hanya jalan ini yang masih tersisa, Aminah sudah berkali-kali
memberitahukan hal ini kepada Pak Wijaya namun Pak Wijaya malah mengancamnya
apa lagi jika kebusukan pria itu diketahui istrinya.
Kini semuanya sudah berlalu,
bukannya Pak Wijaya ditangkap oleh polisi malah dirinya yang terkurung bersama
benih dalam janinnya, tak ada yang membelanya keluarga Pak Wijaya malah
menganggapnya pelacur jalanan yang memfitnah majikannya, seantero negeri seakan
menertawainya, tak ada wajah ramah lagi yang dijumpainya dimana-mana hanya
tatapan menjijikkan dan merendahkan yang didapatnya.
“Pricyl...apa kamu masih tidur?”
suara mendayu terdengar dari luar kamarnya, dengan sisa rasa kantuk Pricilya
menarik gagang pintu. Seorang gadis muda hampir sebaya dengannya mendekat dan
langsung masuk ke kamar.
“Malam ini ada job menggiurkan, kamu
mau ikut?” Gadis muda itu kini menyodorkan sebuah kartu nama yang kini sudah
berganti ke tangan Pricilya.
“Aku pasti ikut....” Pricilya kini
menaruh kembali kartu nama itu ke atas meja di depannya, gadis muda di sampingnya
kini malah tersenyum nakal. Adera nama gadis muda itu, sahabat yang ditemui
Pricilya di dalam penjara, Adera juga yang menenangkannya ketika bayinya yang
baru lahir di sebuah Rumah sakit hilang dicuri orang kejadian itu terjadi seminggu
setelah Aminah keluar dari tahanan.
Adera
tertangkap dalam razia di sebuah hotel ketika sedang berpesta menjual segala
kenikmatan yang dimilikinya. Adera telah lama hidup di dunia kelam itu, sebuah
dunia yang memiliki kehidupan malam yang menggiurkan bagi pria-pria berduit,
Pricilya nama pemberian Adera yang telah merubah Aminah menjadi manusia lain. Meskipun
semuanya telah berubah namun Aminah tetap mengirim uang kepada Abah dan Uminya
dan kini kiriman tersebut berjumlah jauh lebih banyak, Aminah berdalih telah mempunyai
pekerjaan yang bagus.
v
Malam
kembali menyapa Pricylia kembali menjadi primadona malam bersama dendangan
suaranya yang memikat serta liukan badannya yang seakan meruntuhkan semua akal
sehat para pria muda di sekelilingnya, mereka semua berdansa menikmati malam
bersama para bidadari malam yang rela menjual semua kenikmatannya demi beberapa
lembar dirham dunia.
Malam
semakin larut pesta tak kunjung meninggalkan gelap, Pricylia terlampau mabuk
dengan suasana pesta kepalanya benar-benar terasa berat, suara musik dan lampu
sorot yang remang semakin membuat perutnya mual kali ini dia benar-benar ingin
meninggalkan ruangan sesak itu.
“Aku
mau ke toilet” Pricylia melepaskan pelukan hangat seorang pria muda di depannya
yang kini langsung melonggarkan rangkulannya.
“Jangan
lama-lama ya manis” Pria itu melepas Pricylia dengan kecupan hangat di pipinya,
hanya seutas senyum yang terukir di bibir ranumnya.
Pricylia
melangkah menjauh dari keramaian menyesakkan itu, semakin menjauh bahkan kini
suara musik dan dendangan lagu itu sudah berganti dengan suara deru kendaraan.
Perasaannya kini begitu kacau tangis dalam batinnya ingin segera tumpah, ada
sesak yang begitu menyiksa dadanya bahkan hal ini sudah lama membuatnya susah
untuk bernafas.
“Mau
ikut denganku?” sedan hitam berhenti pas di sampingnya, kaca mobil tersebut
tiba-tiba terbuka seorang pria muda duduk di jok belakang kemudi kira-kira
berumur dua puluh tahunan matanya sipit kulitnya bahkan lebih putih darinya.
Pricylia masih memandangnya tak berkedip. Pricylia baru tersadar ketika pria
itu menggandengnya ke dalam mobil.
“Nama
kamu siapa? Kau terlihat berantakan, apa kamu kabur dari pelangganmu?” Pria
tersebut terus mengoceh dari belakang kemudinya, sedangkan Pricylia tetap duduk
terdiam di samping pria itu.
“Ini
rumahmu?” Pricylia menatap takjub ketika Pria tersebut kembali menggandeng
lengannya ke dalam sebuah rumah mewah bahkan lebih mewah dari bayangannya. Pria
tersebut tak menjawab hanya senyuman memikat yang dipamerkan. Langkah mereka
berhenti di sebuah kamar berukuran besar dengan ranjang besar hiasan kamar itu
begitu romantis bahkan aroma parfum menggoda menyambut mereka.
“malam
ini kamu tamu kamar ini” Pria muda itu mendekat seakan ingin segera menikmati
sepanjang malamnya kali ini dengan Pricylia. Namun dengan sigap Pricylia
mendorong pria itu hingga tersungkur ke lantai. Tangisnya yang telah lama di
pendam dalam lubuk hatinya yang beku kini benar-benar tumpah, entah udara dari
mana yang membuatnya mampu menghembuskan sesak pahit dalam batinnya itu.
“Aku
bukan binatang yang mampu kau pungut sembarang dari jalan lalu kau perlakukan
seenaknya” suara lantang Pricylia mengaung di tengah isak tangisnya yang
semakin menjadi. Pria tersebut bangkit dan segera duduk di atas ranjang senyum
tipis tergambar dari sudut bibirnya.
“Namaku
Efendi prahardian, aku mengenalmu lebih dari kamu mengenal dirimu sendiri”
suara pria itu kini berubah menjadi serius tangis Pricylia yang awalnya begitu
deras mengalir beransur berhenti menyisakan isak dan perasaan penuh tanda tanya
dalam benaknya.
“Aku
tidak tahu apa kamu masih mengenal Aminah atau tidak tapi yang jelas kini aku
tak bisa menemukannya dalam dirimu” Pria itu menatap Pricylia dengan tatapan
lurus yang ditatap malah semakin terdiam bahkan isak tangis pun tak terdengar
pernyataan singkat itu seakan membuat denyut nadi Pricylia sejenak berhenti
berdetak.
“Kamu
siapa?” Suara lemah Pricylia mencoba memberontak dalam jiwanya yang beku. Senyum
Fendi kembali tersungging membuat Pricylia semakin ingin mencekik pria tampan
di depannya itu.
“Aku
adik tiri dari keluarga tempat kamu bekerja sebelum kamu terjebak dalam
kehidupan malam itu, aku yakin kau tidak akan pernah melupakan kejadian itu,
waktu itu aku masih kuliah di Japan, sebulan setelah kejadian itu aku kembali
ke indonesia dan kudapati kenyataan bahwa keluarga kakakku itu sedang
berantakan suaminya kembali berulah dengan memperkosa baby sister barunya kali
ini kakakku sendiri yang memergokinya. Yah semuanya berawal dari sana hingga
aku mulai menyelidiki kasus suami kakakku itu sebagai bahan penelitian untuk
tugas akhirku di kampus” panjang lebar Fendi menjelaskan secara rinci, kini
isak tangis mulai kembali terdengar Pricylia menatap nanar pria muda di
hadapannya itu.
“Bayimu...ada
bersama denganku, untuk yang satu ini aku benar-benar minta maaf aku hanya
ingin ikut menjaganya” Efendi kembali melambatkan suaranya.
“Lalu
mengapa kamu baru datang sekarang setelah semuanya benar-benar hancur? Kamu
sama bejatnya dengan mereka mengetahui kebenaran tapi tak berani memberitahukan
dunia, sekarang kembalikan anakku atau kamu akau laporkan ke polisi” Pricylia
kini lebih berapi-api dari sebelumnya.
“
Yah itu penyesalan buatku karena itu aku kini kembali, aku berharap ini belum
terlambat” Fendi berdiri mendekati gadis muda di depannya.
“Sudahlah
kamu tidak ada hubungannya dengan hidupku, sekarang kembalikan saja anakku”
Pricylia segera berbalik dan mengambil langkah cepat menuju pintu kamar, tapi
sebelumnya Fendi segera menahannya dalam pelukan.
“Aku
yakin ini belum terlambat untuk kembali hidup seperti dirimu sendiri, aku tahu
kau cukup menderita dengan hidup seperti ini” Fendi semakin menguatkan
pelukannya hingga isak tangis Pricylia tak terdengar tenggelam bersama
kehangatan jiwanya yang kembali.
v
Deru suara mesin sedan hitam
berhenti tepat di depan sebuah rumah kecil, seorang pemuda tampan keluar dari
mobil diikuti seorang gadis cantik juga keluar dari mobil kini semuanya telah
kembali seperti sekitar dua tahun yang
lalu senyum hangat mulai memancar.
“Mba’ Inah” seorang gadis belia
menyambutnya dengan berlari memeluk Imah dengan erat. Semuanya benar-benar
menjadi jauh lebih baik dan akan lebih baik lagi jika Abah dan Umi serta yang
lainnya tak mengetahui kisah kelamnya itu cukup Imah dan suaminya yang tahu,
Imah yakin Fendi akan menjaga semuanya dengan baik, menjaga dirinya dan
bidadari kecil mereka Aliandra
prahardian.
Langganan:
Postingan (Atom)