This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 10 Maret 2013

Tuhan Aku Ada Di mana

Tuhan Aku Ada Di mana

Aku bingung melihat orang mengoceh tentang sesuatu yang tak penting. Memperdebatkan sesuatu yang tak harusnya diperdebatkan, dan pada akhirnya tempramen mereka memuncak dan saling melayangkan hal-hal di sekitarnya sebagai senjata.

Aku masih heran melihat orang mempertengkarkan sesuatu yang tak pasti. Saling menjatuhkan satu sama lain, saling memaki antara mereka yang awalnya mempunyai ikatan yang ketat, dan pada akhirnya mereka hidup dalam dekapan dengki.

Mereka masih saja mengabaikan akan hal mutlak yang mampu membahagiakan mereka saat itu dan kelak.

Mereka berlomba saling menjarah hal-hak individu yang bernaung di bawahnya. Seharusnya mereka saling peduli bukan saling mengibuli. Mereka sebenarnya sadar yang mereka lakukan adalah suatu hal yang dapat membunuh saudara mereka. Bukankah manusia makhluk sosial yang harusnya saling menyokong satu sama lain? Bukannya saling menodong dengan senjata yang mereka punya.

Apakah ini cara mereka memperlakukan sesamanya? Sebuah kompetisi yang dapat membunuh perlahan dengan tak-tik liciknya?

Sejenak terlintas di pikiranku apa mereka tak peduli akan usia mereka yang tak abadi.Mereka menghabiskan waktu mereka yang berharga untuk saling melancarkan agresi yang tak menghasilkan apa-apa selain pengakuan. Bertarung akan hal yang mereka pikir akan membuat mereka bahagia. Apa mereka yakin?

Perlahan Aku mengangkat tangan. Bibirku yang bergetar digerakkan oleh pikiranku untuk mengeluarkan suara berbisik dan meminta kepada tuhan.
Ya Allah dimana aku sekarang ini? Apakah aku ada diantara mereka ataukah aku hanya seseorang tidak mempunyai arah. jika itu benar, maka tunjukkanlah arah untukku menuju jalan yang benar. Aku hanya ingin melihat secerca cahaya yang muncul untuk menerangi jalanku. Aku tidak tahu, Aku tidak tahu, aku tidak tahu. Aku tidak tahu tuhan, rintangan apa yang dipijak oleh kakiku yang rentan, Bahaya apa yang ada mengahadang tubuhku yang lemah. Haruskah kuterdiam  tanpa langkah ditempat ini? Ataukah aku harus melangkah diatas medan yang penuh misteri namun ku tak dapat melihat apapun?

Aku hanya bisa berharap suatu hari nanti semua ini berubah, bahkan jika nyawaku direnggut oleh ketakutan yang menyelimutiku, aku akan tetap menanti sedikit cahaya yang akhirnya dapat merubah ini semua.

Senin, 18 Februari 2013

Mencari Sinar Matahari

Mencari Sinar Matahari


Mataku terpejam, sembari pikiranku penuh dengan lukisan senyuman dan wajah-wajah orang yang selalu melakukannya di depan mataku sebelumnya. Lantunan musik indah mengalun di telingaku yang tak lagi fokus ke suara sekitarku. Entah, apakah suatu kemunafikan jika kita terlihat tegar  dari luar, padahal tak mampu bertahan dan menangis sekeras-kerasnya dari dalam? Apakah sebuah dosa jika kita mengharapkan sesuatu yang belum tentu terjadi? Aku tak tahu lagi mengeluarkan argumen tentang itu, yang jelas aku melakukannya.

Dalam waktu yang sejalan, penyesalan hinggap berteduh diranting-ranting pohon yang telah ada semenjak aku dilahirkan. Aku menyesal pernah membuat murung senyum-senyum itu, yang akhirnya aku hanya bisa berharap dapat mengembalikan sesuatu yang kurenggut dari mereka.

Entah, suatu hari nanti jika aku diberi sesuatu yang orang sebut sebagai kesempatan kedua, dengan bermodal yang sesuatu kusebut dengan kata usaha akan kukembalikan semuanya.

Tadinya aku berpikir aku berusaha berlari mengejarnya, tapi hal itu berubah hanya menjadi sebuah mimpi kecil yang membayangiku. Ku mengingat semuanya, aku merasa semuanya, yang serasa berada jauh di masa lalu.

Tanpa terasa bibirku tersenyum tapi bukan karena adanya perasaan senang ataupun kagum seperti yang dilakukan orang pada umumnya. Melainkan, sedikit usaha melawan kerasnya agresi yang dilakukan oleh para pasukan yang membuat orang tidak lagi bisa melakukan sesuatu, dengan bahasa yang sangat simpel orang biasa memanggilnya penyesalan. Tapi, aku merasa semua itu sia-sia saja.

Walaupun orang bilang sia-sia aku akan berusaha dengan sabar terus menunggu sebuah kesempatan itu meski harus terjatuh berkali-kali dan terluka berkali-kali. Aku akan terus berjuang melawan meski keadaan terus-menerus menghempaskanku. Aku aku yakin semua orang dilahirkan untuk bertarung meski kekuatannya tidak melampaui kekuatan lawannya.

Kamis, 14 Februari 2013

Dia Telah Mati

Dia Telah Mati


Alunan musik klasik terdengar lembut merambat dalam indra pendengarku, kipas angin seakan-akan mencoba menyaingi keindahannya, aliran darah mengalir deras dari jantungku seakan mengiung di telingaku. Adrenalinku memicu detak jantungku semakin lama semakin kencang tak seperti biasanya. Hembusan nafasku yang keluar masuk semakin tidak teratur mendengar ocehan para bar-barian mengacaukan pikiranku.

Entah kenapa, saat ini aku hanya ingin meneriakkan semua beban yang menindih pikiran kecilku. Haruskah aku melangkahkan kakiku yang penuh dengan goresan luka keluar dari tempat peristirahatanku? 

Kupikir aku memiliki satu buah peluru yang bisa kutembakkan pada suatu kesempatan, suatu saat yang tepat untuk melihat apa yang bisa saya lakukan! tapi ternyata tidak. Sasaran anak panahku dikalahkan oleh kencangnya laju peluru panas yang dimuntahkan oleh senjata api miliknya.

 Saat ini, aku hanya bisa berjalan ditengah air garam yang merendam ku dengan penuh dengan tembusan peluru panas yang bersarang ditubuhku. Kini  jalanku kedepan penuh dengan batu rintangan yang tak mungkin bisa ku lalui. Pejuang optimis telah gugur satu persatu didepan mataku dan kusadari tidak akan mungkin bangkit pada masa yang sama. 

Alunan musik yang lembut berubah menjadi suara jeritan yang menusuk telingaku, aliran darahku serasa terhenti ditekan kegundahan yang menghantui pikiranku.

Tapi aku sadar, aku memang tidak dapat melakukan apa-apa selain menyaksikan semuanya terjadi didepan mataku. Pembantaian terhadap pejuang kebanggaanku seakan-akan mencampakkanku dari pertempuran yang telah kulalui namun sirna dengan kehadiran para bandit-bandit perebut kedamaian.

Aku hanya bisa berharap dapat menemukan kembali pengganti pejuangku yang telah gugur dalam pertempuran itu. 

Saat ini biarkan aku kalah.

Aku mengibarkan bendera putih.

Aku yakin suatu saat nanti aku akan menemukan sesuatu yang dapat ku perjuangkan dan takkan kubiarkan mereka merebutnya dari tanganku.

R.I.P (Rest In Peace)

Penulis: David Casidi

Rabu, 06 Februari 2013

Rahasia Kecil Sang Pemuja Rahasia

Rahasia Kecil Sang Pemuja Rahasia

Penulis: David Casidi




Matahari perlahan mulai meredupkan sinarnya yang menyebar pada setengah permukaan bumi. Pertanda sang kegelapan mulai melahap terang yang perlahan mulai memudar. Dengan angkuhnya sang malam berkata Akulah yang mengusai “makhluknya” pada saat ini!. Makhluk-makhluk yang awalnya ceria mulai terlihat beranjak dari tempat peradabannya. Mereka dengan terpaksa mundur sesaat dari pertarungan yang dilakukan selama sang surya menunjukkan kejantanannya.
 Wajah-wajah yang senang bertransformasi dan mulai melekukkan dirinya kebawah yang semakin lama semakin hilang.
 Kini mereka tergantikan oleh wajah sang penguasa malam yang semakin lama semakin menunjukkan keangkuhannya. Dia dan para antek-anteknya berbondong-bondong mulai meryakan kemunculannya sekaligus mengultimatumkan kemenangannya. 
Pembela sekelumit penerangan tampaknya tak menunjukkan tanda-tandanya bahwa dia akan mencul pada saat itu. Yang ada hanya awan-awan tebal yang menutupi sang rembulan yang sangat ingin menunjukkan keindahannya agar semua makhluk tak lagi murung di saat-saat kegalauan menimpa mereka. 
“Ahhhhhh.....” kata ini sejenak terlintas dipikiran sang penutup kegelapan yang tak mampu lagi bertarung untuk saat ini. Mungkin ini memang harus berlaku dalam sistematika kehidupanku, aku tak akan menyalahkan takdir yang saat ini berperan sebagai batu-batu sandungan yang dengan bangganya menghalangiku. Sembari tertawa diatas kepedihan yang menggorogoti seluruh tubuhku. Aku tidak akan menyalahkan takdir yang selalu setia membimbingku sekaligus dapat berbalik menghantui langkah-langkah yang dipijakkan oleh kaki-kaki yang penuh goresan luka.

Entah, ini perasaanku saja ataukah semua yang terlintas dipikiranku semuanya benar?

Cepat atau lambat semuanya akan terungkap.

Dengan secerca keyakinan tersebut dia memiliki harapan dan terus berjalan kedepan dengan berbagai pertanyaan yang terus mengahantui pikirannya. Sambil berharap suatu hari nanti dia dapat menunjukkan keberadaannya dan mematahkan keangkuahan sang penguasa malam dengan sinarnya yang membuat makhluk mengembalikan lekukan keceriannya.

Saat ini dia hanya dapat berkata dalam rangkulan nada yang hanya terdengar oleh pikirannya sendiri, Mungkin ini bukan masaku, tapi suatu saat nanti aku yang akan berdiri meski keadaan dan tempat yang ku tempati adalah tempat yang berbeda, aku bukan menyerah! Namun, aku hanya mengalah dan menmbiarkan kesombonganmu berkuasa karna saat ini aku akui kau lebih dari diriku.
By DC

Senin, 28 Januari 2013

Sistem Telekomunikasi