Senin, 18 Februari 2013

Mencari Sinar Matahari

Mencari Sinar Matahari


Mataku terpejam, sembari pikiranku penuh dengan lukisan senyuman dan wajah-wajah orang yang selalu melakukannya di depan mataku sebelumnya. Lantunan musik indah mengalun di telingaku yang tak lagi fokus ke suara sekitarku. Entah, apakah suatu kemunafikan jika kita terlihat tegar  dari luar, padahal tak mampu bertahan dan menangis sekeras-kerasnya dari dalam? Apakah sebuah dosa jika kita mengharapkan sesuatu yang belum tentu terjadi? Aku tak tahu lagi mengeluarkan argumen tentang itu, yang jelas aku melakukannya.

Dalam waktu yang sejalan, penyesalan hinggap berteduh diranting-ranting pohon yang telah ada semenjak aku dilahirkan. Aku menyesal pernah membuat murung senyum-senyum itu, yang akhirnya aku hanya bisa berharap dapat mengembalikan sesuatu yang kurenggut dari mereka.

Entah, suatu hari nanti jika aku diberi sesuatu yang orang sebut sebagai kesempatan kedua, dengan bermodal yang sesuatu kusebut dengan kata usaha akan kukembalikan semuanya.

Tadinya aku berpikir aku berusaha berlari mengejarnya, tapi hal itu berubah hanya menjadi sebuah mimpi kecil yang membayangiku. Ku mengingat semuanya, aku merasa semuanya, yang serasa berada jauh di masa lalu.

Tanpa terasa bibirku tersenyum tapi bukan karena adanya perasaan senang ataupun kagum seperti yang dilakukan orang pada umumnya. Melainkan, sedikit usaha melawan kerasnya agresi yang dilakukan oleh para pasukan yang membuat orang tidak lagi bisa melakukan sesuatu, dengan bahasa yang sangat simpel orang biasa memanggilnya penyesalan. Tapi, aku merasa semua itu sia-sia saja.

Walaupun orang bilang sia-sia aku akan berusaha dengan sabar terus menunggu sebuah kesempatan itu meski harus terjatuh berkali-kali dan terluka berkali-kali. Aku akan terus berjuang melawan meski keadaan terus-menerus menghempaskanku. Aku aku yakin semua orang dilahirkan untuk bertarung meski kekuatannya tidak melampaui kekuatan lawannya.

0 comments:

Posting Komentar