Matahari perlahan mulai meredupkan sinarnya yang menyebar pada setengah permukaan bumi. Pertanda sang kegelapan mulai melahap terang yang perlahan mulai memudar. Dengan angkuhnya sang malam berkata Akulah yang mengusai “makhluknya” pada saat ini!. Makhluk-makhluk yang awalnya ceria mulai terlihat beranjak dari tempat peradabannya. Mereka dengan terpaksa mundur sesaat dari pertarungan yang dilakukan selama sang surya menunjukkan kejantanannya.
Wajah-wajah yang senang bertransformasi dan mulai melekukkan
dirinya kebawah yang semakin lama semakin hilang.
Kini mereka tergantikan oleh
wajah sang penguasa malam yang semakin lama semakin menunjukkan keangkuhannya. Dia
dan para antek-anteknya berbondong-bondong mulai meryakan kemunculannya
sekaligus mengultimatumkan kemenangannya.
Pembela sekelumit penerangan
tampaknya tak menunjukkan tanda-tandanya bahwa dia akan mencul pada saat itu.
Yang ada hanya awan-awan tebal yang menutupi sang rembulan yang sangat ingin
menunjukkan keindahannya agar semua makhluk tak lagi murung di saat-saat
kegalauan menimpa mereka.
“Ahhhhhh.....” kata ini sejenak terlintas dipikiran
sang penutup kegelapan yang tak mampu lagi bertarung untuk saat ini. Mungkin
ini memang harus berlaku dalam sistematika kehidupanku, aku tak akan
menyalahkan takdir yang saat ini berperan sebagai batu-batu sandungan yang
dengan bangganya menghalangiku. Sembari tertawa diatas kepedihan yang
menggorogoti seluruh tubuhku. Aku tidak akan menyalahkan takdir yang selalu
setia membimbingku sekaligus dapat berbalik menghantui langkah-langkah yang
dipijakkan oleh kaki-kaki yang penuh goresan luka.
Entah, ini
perasaanku saja ataukah semua yang terlintas dipikiranku semuanya benar?
Cepat atau
lambat semuanya akan terungkap.
Dengan secerca
keyakinan tersebut dia memiliki harapan dan terus berjalan kedepan dengan
berbagai pertanyaan yang terus mengahantui pikirannya. Sambil berharap suatu
hari nanti dia dapat menunjukkan keberadaannya dan mematahkan keangkuahan sang
penguasa malam dengan sinarnya yang membuat makhluk mengembalikan lekukan
keceriannya.
Saat ini dia
hanya dapat berkata dalam rangkulan nada yang hanya terdengar oleh pikirannya
sendiri, Mungkin ini bukan masaku, tapi suatu saat nanti aku yang akan berdiri
meski keadaan dan tempat yang ku tempati adalah tempat yang berbeda, aku
bukan menyerah! Namun, aku hanya mengalah dan menmbiarkan kesombonganmu
berkuasa karna saat ini aku akui kau lebih dari diriku.
By DC
0 comments:
Posting Komentar