Kamis, 14 Februari 2013

Dia Telah Mati

Dia Telah Mati


Alunan musik klasik terdengar lembut merambat dalam indra pendengarku, kipas angin seakan-akan mencoba menyaingi keindahannya, aliran darah mengalir deras dari jantungku seakan mengiung di telingaku. Adrenalinku memicu detak jantungku semakin lama semakin kencang tak seperti biasanya. Hembusan nafasku yang keluar masuk semakin tidak teratur mendengar ocehan para bar-barian mengacaukan pikiranku.

Entah kenapa, saat ini aku hanya ingin meneriakkan semua beban yang menindih pikiran kecilku. Haruskah aku melangkahkan kakiku yang penuh dengan goresan luka keluar dari tempat peristirahatanku? 

Kupikir aku memiliki satu buah peluru yang bisa kutembakkan pada suatu kesempatan, suatu saat yang tepat untuk melihat apa yang bisa saya lakukan! tapi ternyata tidak. Sasaran anak panahku dikalahkan oleh kencangnya laju peluru panas yang dimuntahkan oleh senjata api miliknya.

 Saat ini, aku hanya bisa berjalan ditengah air garam yang merendam ku dengan penuh dengan tembusan peluru panas yang bersarang ditubuhku. Kini  jalanku kedepan penuh dengan batu rintangan yang tak mungkin bisa ku lalui. Pejuang optimis telah gugur satu persatu didepan mataku dan kusadari tidak akan mungkin bangkit pada masa yang sama. 

Alunan musik yang lembut berubah menjadi suara jeritan yang menusuk telingaku, aliran darahku serasa terhenti ditekan kegundahan yang menghantui pikiranku.

Tapi aku sadar, aku memang tidak dapat melakukan apa-apa selain menyaksikan semuanya terjadi didepan mataku. Pembantaian terhadap pejuang kebanggaanku seakan-akan mencampakkanku dari pertempuran yang telah kulalui namun sirna dengan kehadiran para bandit-bandit perebut kedamaian.

Aku hanya bisa berharap dapat menemukan kembali pengganti pejuangku yang telah gugur dalam pertempuran itu. 

Saat ini biarkan aku kalah.

Aku mengibarkan bendera putih.

Aku yakin suatu saat nanti aku akan menemukan sesuatu yang dapat ku perjuangkan dan takkan kubiarkan mereka merebutnya dari tanganku.

R.I.P (Rest In Peace)

Penulis: David Casidi

0 comments:

Posting Komentar